Home » , » Review : Free to play 2014

Review : Free to play 2014

Free to Play (2014) - Documentary




      Storyline     

Di Tahun 2011 Valve menyelenggarakan kejuaraan game LAN DOTA 2 International untuk pertama kalinya. Total hadiahnya pun gak tanggung-tanggung mencapai $1.600.000. Bertempat di Germany, menampilkan 16 team dari seluruh penjuru negara. Free to play mencoba menyajikan apa yang memotivasi mereka untuk terus bermain game dota2 dan tanggapan keluarga mereka mengenai fenomena tersebut.

     Review       

Sebelum saya berbicara panjang lebar, kali ini review saya agak berbeda dari biasanya. Saya membaginya menjadi 2 bagian; 1.) review bagi penggila dota 2.) bagi yang awam tentang dota2. Hal ini saya lakukan karena keduanya memiliki perspektif  berbeda. Free to play bukan sekedar tontonan yg membahas game dota2. Ada pesan moral yang ingin disampaikan dari para professional gamer (sebutan atlet untuk pemain game) dan pihak keluarganya. Jadi, bagi yang awam soal dota2 anda bisa melewati review saya yg part I dan langsung membaca review part 2. :)



Part I

Haloooo para DOTA lovers dimanapun kalian berada, nampaknya kita boleh berbangga sebagai pemain/penggemar/penggila/pensiunan dota. Pasalnya baru kali ini ada game komputer sangat diapresiasi tinggi, dimana loe diiming2in duit gede untuk bermain game. Hadiahnya pun sangat besar dan ini merupakan sejarah, pertama kalinya computer gaming diperlakukan seperti ajang kompetisi professional. Diramaikan oleh Tim-tim yang sudah tidak asing di telinga kita seperti Navi, EHOME, Sychte Gaming dan beberapa tim besar lainnya. Sayang aja, tidak ada perwakilan dari Indonesia seperti XCN hihihihi.


Para dota lover pasti telah mendengar kabar ini merebak 3 tahun silam, dan niscaya tidak ada yang belum mengetahui soal ini. Lantas hal baru apa yang ditawarkan oleh film dokumenter valve ini?. Disini kita akan melihat lebih dekat para pemain dota2 international. Sebut saja Dendy, yang merupakan kapten tim Navi berasal dari ukraina. Dia tinggal di sebuah flat yang sederhana bersama  Ibu dan kedua kakaknya. Diceritakan Dendy menghabiskan waktunya hanya bermain Dota. Hal itu dikerjakannya sebagai pengalihan rasa sedihnya kepada sang ayah yang sudah tidak bersama mereka. Cukup menyentuh memang, belum lagi pendapat dari Ibu dan kakaknya yang menanggapi kelakuan dirinya sehingga mereka mendukung dendi mengikuti kompetisi tersebut. 


Karena film ini dibuat atas kerjasama Valve, tentunya memberikan bebrapa sentuhan animasi pada hero dota yang dimainkan saat kompetisi berlangsung. Kita bisa melihat saat para hero dan creep menghancurkan ancient/barak/fountain dengan animasi 3d layaknya melihat trailer dota2. Ditambah gelagat dari para pemain saat mereguk kemenangan, kekalahan bahkan ada yang saling "bacot" hohohoho. Bahana riuh penonton yang meramaikan suasana kompetisi, turut memberikan semangat kepada team yang sedang berlaga . Tidak ketinggalan komentar-komentar dari komentator dota2 international yang sesekali memberikan pandangan kepada setiap tim membuat situasi semakin panas.


Film Free To play garapan valve ini merupakan film wajib yang harus disaksikan oleh para dota player diseluruh jagat raya. Rekam jejak kompetisi gaming terbesar seperti ini adalah pembuktian bahwa DOTA2 sangat diapresiasi sebagai game yang berkualitas bahkan dinobatkan sebagai The best Multiplayer online battle arena (MOBA) game has ever made. --- GG kk tq --


Part II

Dota 2 adalah sebuah computer-gaming yang dimainkan secara online atau LAN. Di indoneisa wabah game online bukanlah hal yang baru lagi. Hampir setiap anak kecil saat ini sudah memainkannya tanpa kenal waktu. Kita sebagai pemerhati anak-anak terkadang merasa perihatin perihal fenomena ini sebab mereka cenderung lebih memilih menghabiskan waktunya memegang mouse dan keyboard ketimbang memangku buku dan pensil. Di film ini akan dijabarkan pendapat orangtua serta anggota keluarga lainnya menyangkut adiksi anaknya bermain game.


Saya akan mengkultuskan satu pertanyaan yang bercokol dalam benak kita semua "Mengapa anak-anak sekarang lebih senang ke warnet hanya untuk bermain game".  Akan ditemukan jawaban yang bervariasi tergantung bakground dari gamernya sendiri. Mari kita ambil salah satu contoh di film ini, dia bernama bennedict. Bennedict merupakan seorang pelajar SMA asal singapur yang sudah lama menekuni game Dota. Dia termasuk siswa yang cukup cerdas di sekolahnya terbukti dengan nilai akademik yang didominasi nilai "A". 



Akan tetapi dirinya lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya dibanding bersama keluarganya. Bennedict pun menjelaskan bahwa dalam keluarganya, mereka selalu mengagung-agungkan prestasi akademiknya saja . Padahal dia merasa lebih tersanjug jika ada yang mengagumi kehebatannya bermain game Dota. Oleh karena itu dirinya mencari lingkungan yang benar-benar menyanjung kepiawaiannya memainkan keyboard dan mouse tersebut. Nyesak rasanya.


Film ini sekiranya merepresentatif kan kepada para orang tua /calon orang tua agar lebih peka lagi dalam membimbing anaknya. Virus game online ini sudah tidak dapat dihindari tapi bisa dikendalikan dengan peranan ortu yang senantiasa mencoba terlibat dalam setiap aktivitas anaknya. Terkadang mereka hanya perlu sanjungan terhadap apa yg mereka kerjakan walau hanya itu sebatas permainan semata. 
They need some concern too even just  with playing game
Score >>>> 10 / 10
Enjoyment >>>> 10 / 10


TRAILER 

Sutradara      : 
Penulis         : Craig Borten, Melisa Wallack
Pemain         : Benedict Lim, Danil Ishutin (dendy), Clinton Loomis |
Durasi           : 75 menit
Rating           : Semua umur
Release         : USA - 19 Maret 2014
Bahasa          : English
Reward          : 

Recommended for 
DOTA lovers


Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Silahkan Tanggapannya